Sumber Kementerian Luar Negeri Federasi Rusia

MOSCOW, Russia--Situasi terkait hak asasi warga Rusia di Ukraina sangat memprihatinkan.

Pada 2021, Dewan Keamanan dan Pertahanan Ukraina menerima beberapa keputusan tentang sanksi melawan badan hukum dan individu Rusia yang juga bertujuan pada perhentian kegiatan ekonomi, pembekuan aset, dan pembatasan arus masuk ke Ukraina. Jumlah orang yang terkena sanksi Ukraina dalam daftar itu mencapai 1.400 warga Rusia dan lebih dari seribu perusahaan Rusia.

Warga Rusia yang datang ke Ukraina dari Krimea terancam hukuman pidana tanpa alasan. Pihak Ukraina membuka kasus pidana terhadap mereka dengan tuduhan “pengkhianatan negara”, “pelanggaran kedaulatan wilayah”, “pendirian kelompok-kelompok bersenjata”, “bantuan kepada para teroris dan separatis”, dan sebagainya. 
 
Pada Januari 2020, seorang penderita pendengaran tingkat III, I. Ivanov, yang berjalan kembali dari kunjungan ziarah di Kyiv Pechersk Lavra ditahan di Ukraina. Pada awal November 2020, kepala cabang perusahaan negara di Krimea “Chernomorneftegaz” N. Fedoryan ditahan — dulu dia adalah wakil kepala Kantor Polisi Nasional Ukraina di Krimea. Dia dituduh oleh pemerintah Ukraina dalam hal “membantu pemerintah pendudukan dalam penggeledahan dan penahanan warga secara ilegal”.

Ada banyak pelanggaran hak prosedural warga Rusia pada saat kasus pidana melawan mereka. Selain itu, pada 2020, terdapat insiden ketika G. Odanets disiksa oleh polisi Ukraina yang mencoba mendapatkan pernyataan pengakuan salah darinya.

Selain itu warga Rusia, tanpa ada kaitan dengan wilayah tinggal mereka, mengalami masalah besar di Ukraina akibat provokasi badan intelijen Ukraina dengan ada tuduhan palsu tentang kegiatan spionase, pelanggaran pada kedaulatan dan keutuhan wilayah Ukraina, keterlibatan pada peristiwa di Krimea dan Donbass; pengejaran juga dimungkinkan di negara ketiga. 
 
Pada September 2021 di Praha, Ceko, atas permintaan pihak Ukraina, warga Rusia bernama A. Franchetti ditahan gara-gara dugaan partisipasinya dalam peristiwa pada tahun 2014 yang menghasilkan Krimea bergabung kembali dengan Rusia. Pemerintah Kyiv menuduhnya dalam “pembentukan kelompok-kelompok bersenjata ilegal”. Isu ekstradisinya ke Ukraina dipertimbangkan oleh pengadilan Ceko.

Ada kesulitan dalam hal akses konsul oleh para perwakilan misi diplomatik kepada warga Rusia yang ditahan di Ukraina. Pada 2021, permintaan Kedutaan Besar untuk mendapatkan akses pada warga Rusia N. Fedoryan, A. Kosyak, A. Lapushnyak ditolak dengan rujukan bahwa mereka juga ada paspor warga negara Ukraina.

Sesuai data pasukan perbatasan Ukraina pada 2021 lebih dari 6.600 warga Rusia tidak diperbolehkan masuk Ukraina dengan berbagai-bagai alasan. Di antara mereka 500 orang ditolak masuk karena ada kunjungan “illegal” mereka ke Krimea dan republik-republik Donbass. Masih ada larangan diam-diam untuk lelaki yang memiliki kewarganegaraan Rusia berusia 18—60 tahun masuk Ukraina tanpa ada alasan yang dikonfirmasi.

Pada 2021, Kementerian Budaya Ukraina menambah blacklist tokoh “yang mengancam keamanan nasional”, yakni 45 artis dan tokoh budaya dan seni Rusia. Secara keseluruhan, ada 210 orang yang dilarang masuk ke Ukraina (berdasarkan data per 25 Maret, 2022).

Sejak 2014 total 800 film, 300 penerbit, dan 300 buku Rusia dilarang di Ukraina.

Dewan Keamanan Ukraina juga menjalankan situs menjijikkan “Myrotvorets” yang berisi data pribadi tokoh politik, wartawan, aktivis sipil yang tidak setia pada pemerintah serta warga Rusia yang diduga dalam “kegiatan anti-Ukraina”. Dalam database tersebut terdapat 75 ribu warga Rusia, termasuk mereka yang tinggal di Donbass, bahkan anak-anak.

Pada Oktober 2021, warga kota Luhansk berusia 12 tahun F. Savenkova, dimasukkan dalam database “Myrotvorets” yang, sebagaimana disampaikan, “merupakan ancaman terhadap keamanan nasional Ukraina”. Selain itu, dia disebut “korban kekerasan psikologi dan propaganda teroris Rusia”. 
 
Sekarang, dia dan keluarganya terancam. Alasan tindakan tersebut menjadi pernyataannya terbuka kepada anggota-anggota Dewan Keamanan PBB pada Hari Perlindungan Anak di mana dia menarik perhatian pada status anak di Donbass.

Para wartawan Rusia secara de facto tidak diperbolehkan meliput di Ukraina. Mereka tidak diperbolehkan berpartisipasi dalam acara untuk media massa yang diadakan oleh badan-badan pemerintah. Permintaan mereka untuk akreditasi juga tidak diterima untuk pertimbangan selanjutnya. Pada 2021, kantor berita “TASS” di Kyiv ditutup karena dijatuhkan sanksi.

Pemerintah Ukraina juga terus menggunakan praktik tidak memberikan izin kepada para wartawan asing, khususnya wartawan Rusia, masuk negara mereka.

Sejalan dengan kebijakan anti-Rusia ini, pada April 2021, Rossotrudnichestvo dijatuhkan sanksi sehingga Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia di Kyiv terpaksa ditutup dan membatasi kesempatan warga Rusia untuk memenuhi kebutuhan bahasa dan budaya mereka.

Sampai saat ini di Ukraina, situasi warga Rusia sangat sulit. Hak dan kebebasan mereka terus-menerus dilanggar. Para aktivis yang berbahasa Rusia selalu menghadapi situasi pelanggaran hak, baik secara individu, di tempat tinggalnya, serta diancam dan ditekan oleh polisi, badan intelijen dan kelompok-kelompok nasionalis Ukraina.

Pada Desember 2018, perwakilan Dewan Keamanan Ukraina mengadakan penggeledahan di Poltava di ruang anggota-anggota komunitas mereka yang berbahasa Rusia. Medali Pushkin milik S. Provatorov (juga mengepalai komunitas “Persemakmuran Rusia”), seorang koordinator Dewan Koordinasi Organisasi-Organisasi Warga Rusia di Ukraina, disita.

Kegiatan penyelidikan juga dilakukan terhadap sejarawan Y. Pogoda (peneliti terkenal periode Perang Utara Raya 1700—1721) dan penulis dan penerbit V. Shestakov (kepala “Komunitas Rusia di Poltava”). Proses pidana telah dimulai terhadap mereka berdasarkan pasal 110 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Ukraina (“pelanggaran integritas teritorial”).

Pada Mei 2019, Dewan Keamanan Ukraina mengadakan penggeledahan di kantor kepala Komunitas “Rus’ ”, V. Saltykov, di Zakarpatye. Akibatnya, ponsel dan komputer pribadinya disita.

Respons luas di masyarakat Indonesia menimbulkan penahanan pada Agustus 2020 oleh perwakilan Dewan Keamanan Ukraina guru bahasa dan sastra Rusia yang berpengalaman besar, kepala organisasi masyarakat “Komunitas Rusia Nasional “Rusich” T. Kuzmich atas tuduhan pengkhianatan. Dia juga terkenal sebagai tokoh yang aktif membuat kegiatan guna meningkatkan popularitas bahasa Rusia di Ukraina. Badan intelijen Ukraina menuduh dia bahwa selama di Krimea dia seolah-olah “direkrut Badan Keamanan Federal Rusia (FSB) untuk melakukan kegiatan spionase dan memberikan informasi yang dapat dipakai untuk tindakan sabotase di wilayah Kherson dan di seluruh Ukraina” serta untuk membentuk jaringan agen. 
 
Perlu dicatat bahwa T. Kuzmich rutin mengunjungi Krimea sejak tahun 2008 dalam rangka tugas profesionalnya untuk berpartisipasi dalam festival “Kata Rusia yang Luar Biasa”. Sempat ditahan, ia baru dibebaskan pada awal Oktober 2020 dengan agunan. T. Kuzmich terancam hukuman penjara selama 12—15 tahun dengan konfiskasi miliknya.

Bagian dari kebijakan Kyiv resmi terhadap minoritas nasional — Ukrainisasi secara terpaksa — adalah diskriminasi sebagian besar penduduk berdasarkan bahasa, termasuk pelanggaran berat hak-hak komunitas yang berbahasa Rusia. Akibatnya warga negara yang berbahasa Rusia tidak ada kesempatan untuk menerima pendidikan dalam bahasa ibunya.

Mulai tahun 2017, di Ukraina diadakan kebijakan yang bertujuan melarang penggunaan bahasa apa pun kecuali bahasa Ukraina, di bidang pemerintahan, pendidikan dan media massa. Akibatnya, penerimaan beberapa undang-undang, termasuk UU “Pendidikan”, “Pendidikan Sekolah”, “Memastikan Berfungsinya Bahasa Ukraina sebagai Bahasa Negara”, bahasa Rusia di Ukraina terkena tiga diskriminasi: terhadap bahasa negara, bahasa-bahasa Uni Eropa, dan bahasa-bahasa asli. Dengan berbagai keputusan pengadilan-pengadilan Ukraina, pada tahun 2021 status regional bahasa Rusia dicopot di wilayah Dniepr, Zaporozhye, Nikolayev, serta di Kota Kharkov.

Sebagai tambahan juga diterima UU yang bertujuan ukrainisasi kehidupan, pers dan TV, sektor jasa.

Kaum radikal Ukraina rutin mengadakan aksi agresif terhadap guru yang terus memakai bahasa Rusia. Pada Maret 2020, kaum nasionalis mengadakan intimidasi guru di sekolah lanjutan atas di Lviv. Para guru dituduh dalam “propaganda dunia Rusia” dan “rusifikasi anak Ukraina”. Seorang guru terhormat Ukraina P. Viktor mengalami nasib sama. Pada April 2020 kaum nasionalis memulai kampanye agresif melawannya karena dia merekam kuliah fisika dalam bahasa Rusia.

Pada November 2020, professor Universitas Teknologi Nasional “Politeknik Dniepr” (Kota Dniepr) V. terpaksa mengajukan permohonan pengunduran diri Gromov di bawah tekanan pimpinan universitas setelah ada keluhan resmi oleh seorang mahasiswa perempuan yang tidak suka bahwa dia berkuliah dalam bahasa Rusia.

E. Bilchenko, guru Departemen Kajian Budaya dan Antropologi Filsafat di Universitas Pedagogis Nasional M. Dragomanov (Kota Kyiv), yang sebelumnya mendukung Maidan, tetapi setelah itu mengubah pandangannya, dipecat pada Januari 2021 setelah konten yang dia bagikan di media sosial yang menuai kritik UU “Memastikan Berfungsinya Bahasa Ukraina sebagai Bahasa Negara”.

Mulainya operasi militer khusus Federasi Rusia di Ukraina yang bertujuan denazifikasi dan demilitarisasi menyorot sepenuhnya betapa negara Ukraina telah berubah haluan menjadi negara Russophobic. Ciri-ciri khasnya menjadi konfrontasi dengan Rusia dan penolakan semua yang ada kaitan dengannya.

Perlu dicatat bahwa dalam laporan ini terdapat informasi tentang diskriminasi dan pengejaran warga Rusia dan rekan senegaranya. Kejahatan mengerikan kelompok neo-nazi Ukraina dan bayaran asing terhadap prajurit-prajurit Rusia tidak ada dalam laporan ini. Pertimbangan (penilaian) kejahatan itu yang sepenuhnya mengonfirmasi loyalitas neo-Nazi modern Ukraina pada ide-ide dan taktik Nazi Jerman dan kolaborator setempat dari Organisasi Nasionalis Ukraina dan Tentara Pemberontak Ukraina selama Perang Patriotik Raya 1941—1945 sedang diberikan oleh badan berwenang Rusia dalam rangka penyelidikan banyak kasus pidana tentang kejahatan mengerikan tersebut. Berbagai upaya dilaksanakan oleh organisasi-organisasi sipil Rusia serta semua orang yang sebagian mengungkapkan kebenaran tentang kejahatan pemerintah Ukraina dan para nasionalis radikal yang mereka sembunyikan. Informasi tentang kejahatan akan dimasukkan dalam material analisis terpisah.

Sejak mulainya operasi militer khusus, Kementerian Luar Negeri Rusia menerima lebih dari 5.000 permohonan dari warga Rusia yang berada di Ukraina. Kebanyakan dari mereka adalah permohonan untuk menginformasikan tentang cara evakuasi yang aman dari Ukraina ke Rusia dan negara lain. Banyak warga Rusia bercerita tentang teror di kota-kota Ukraina oleh pasukan pertahanan wilayah Ukraina dan orang lain yang menerima senjata pada saat penyebarluasannya yang tidak dikontrol.

Lembaga-lembaga pemerintah rezim Kyiv melakukan tindakan yang bertujuan untuk membatasi hak warga Rusia. Salah satu lembaga pertama yang melakukan pembatasan hak tersebut adalah Bank Nasional Ukraina. Bank itu melarang badan keuangan melakukan operasi keuangan dengan mata uang rubel. Tindakan tersebut mengakibatkan ribuan orang di Ukraina tertinggal tanpa uang.

Makin lama operasi militer khusus berlanjut makin sulit keadaan warga Rusia di Ukraina akibat histeri rusofobik luar biasa yang dikembangkan media di bawah kontrol rezim Kiev. Para pejabat resmi Kiev juga memainkan peran penting dalam hal itu. Misalnya dalam pernyataan di stasiun televisi “1+1” tentang aksi pementasan sinis di Kota Bucha, Menteri Kebudayaan Ukraina A. Tkachenko menyampaikan bahwa “tidak ada pembicaraan tentang orang Rusia yang baik karena tidak ada orang Rusia yang baik” dan menuntut bahwa mereka harus dibunuh di seluruh dunia. 
 
Penasihat Presiden Ukraina A. Geraschenko dalam medsosnya menyeru “mencari dan menghukum semua” warga sipil yang pernah bekerja sama dengan militer Rusia di wilayah Kiev. Seorang pembenci Rusia yang terkenal, Wali Kota Dnepropetrovsk (sekarang – Dnieper) B. Filatov di Facebook-nya menyeru “membunuh orang Rusia di seluruh dunia dalam jumlah besar”.

Perlu dicatat bahwa banyak pengungsi yang tiba ke negara-negara Eropa serta diaspora Ukraina di sana mendukung seruan ini dan mulai menerapkannya dengan menyampaikan ancaman, mengumumkan data pribadi warga Rusia, dan dalam situasi tertentu, melakukan serangan pada warga Rusia dan orang Rusia di negara itu. Informasi mengenai peristiwa itu terdapat dalam laporan ini di bagian terkait.

Parlemen Ukraina juga berkontribusi dalam upaya diskriminasi warga Rusia dengan menerima amendemen dalam UU Ukraina “tentang pokok-pokok penyitaan paksa harta yang dimiliki Federasi Rusia dan warganya”. Dokumen ini menentukan kategori warga Rusia yang akan dikenakan penyitaan harta. 
 
Kategori ini merangkum warga Rusia (termasuk orang yang berpihak Ukraina dengan senjata), orang yang bukan warga Rusia, tetapi ada hubungan yang erat dengan Rusia, serta orang yang menolak atau mendukung “agresi militer Rusia menentang Ukraina”.

Selain itu, parlemen Ukraina membuka tahap baru Rusofobia yang gila dengan mengajukan draf UU untuk melarang nama nama geografis yang berkaitan dengan Rusia, sejarahnya, dan tokoh-tokohnya. Niat untuk memberi nama baru kepada puluhan jalan dan objek lain dinyatakan oleh banyak pemerintah daerah Ukraina.

Misalnya pada 13 April 2022, Balai Kota Ivano-Frankovsk memutuskan memberi nama baru kepada 25 jalan karena namanya diambil dari tokoh budaya dan ilmuwan Rusia atau Soviet. Nama Fyodor Dostoyevskii, Mikhail Lermontov, Anton Chekhov, Leo Tolstoy, Dmitry Mendeleev, Konstantin Tsiolkovsky, Ilya Repin, Vladimir Korolenko, Anton Makarenko, serta pembangkang Soviet Andrey Sakharov akan hilang dari peta kota itu. 
 
Alih-alih nama ini, akan muncul jalan pahlawan Chernigov, Mariupol, Volnovakha, Nikolayev, Harkhov, Kherson. Sebagian jalan akan diberi nama anggota Organisasi Nasionalis Ukraina — Tentara Pemberontak Ukraina, serta tokoh budaya Ukraina. Selain itu, di Kota Tismenichani, di sekitar Ivano-Frankovsk, Jalan Gagarin akan diubah menjadi Jalan Roman Shukhevich dan Jalan Rudnev akan diubah menjadi Jalan Stepan Bandera.

Pada 14 April 2022, Balai Kota Uzhgorod menetapkan peraturan tentang pemberian nama baru kepada 58 jalan. Kalau bisa “nama asli” akan dikembalikan kepadanya, sejumlah objek akan diberi nama “pahlawan perang menentang Rusia” sesudah “kemenangan”.

Di Kota Odessa, nama kota-kota Rusia, seperti Volgograd, Moskow, Rostov-on-Don, Sankt Peterburg, dan Taganrog dihapus dari tanda kenangan kota-kota kembar.

Pada 15 April 2022, para anggota Dewan kota Kyiv mendukung perubahan nama taman persahabatan antara Kyiv dan Moskow (di Teremki) menjadi "Taman Pahlawan-Pahlawan Mariupol". Selain itu, nama tiga stasiun kereta api juga diubah ("Kyiv-Oktyabrsky" menjadi "Hrushki", "Kyiv-Moskovskiy" menjadi "Kyiv-Demiyivsky", "Kyiv-Petrovka" menjadi "Pochayna") dan perpustakaan anak-anak S. Chekalin di daerah Obolonsky di Kyiv. Menurut sekretaris Dewan Kota Kyiv V. Bondarenko, penggantian nama jalan, jalur dan stasiun metro di Kiev yang terkait dengan Rusia akan dibahas pada sidang pleno berikutnya.

Pada 11 April 2022, Verkhovna Rada Ukraina (parlemen) mendaftarkan rancangan undang-undang No. 7273 tentang pelarangan musik Rusia di radio, transportasi umum, kafe, dan bioskop. 
 
Sesuai dokumen tersebut, tindakan ini akan berlaku terhadap karya audiovisual yang dinyanyikan oleh "warga negara dan penduduk negara agresor" di radio dan televisi, di fasilitas hiburan, transportasi umum, lembaga pendidikan, hotel dan restoran, fasilitas budaya dan rekreasi, bioskop dan ruang publik. Pembatasan diusulkan untuk periode sampai "pembebasan semua wilayah Ukraina yang diduduki dan berakhirnya agresi Rusia".

Pada saat ini, bahasa Rusia ditindas secara aktif, khususnya di bidang pendidikan. T. Kremin, Wakil Verkhovna Rada yang menangani isu-isu perlindungan bahasa negara, mengambil sikap rasis. 
 
Dia (seperti ombudsman di bidang pendidikan S. Gorbachev) menuntut agar bahasa Rusia benar-benar dihapuskan sejak 1 September 2022 dan menyerukan agar guru bahasa Rusia diistirahatkan sebelum akhir tahun ajaran ini. T. Kremin menambahkan bahwa kuliah "bahasa Rusia" harus diganti dengan yang lain, dan sebelum hal ini dilakukan, dia menyarankan agar sebelum setiap pelajaran bahasa Rusia, guru harus menjelaskan kepada anak-anak (yang berbahasa Rusia) bahwa bahasa ibu mereka secara definisi adalah bahasa agresor, yang memalukan untuk diucapkan. 
 
Pada 11 April, ia menyerukan untuk mengganti nama-nama permukiman Rusia di negara itu dengan slogan "Ukraina untuk Ukraina".

Kaum nasionalis Ukraina telah menganiaya budaya Rusia dan segala sesuatu yang terkait dengannya. "Ancaman terhadap identitas nasional" juga dilihat dalam monumen A.S. Pushkin. Pada 7 April 2022, otoritas Kota Mukachevo di Oblast Zakarpatia dengan alasan "melakukan tindakan derusifikasi" membongkar patung penyair Rusia ini serta plakat peringatan di gedung sekolah No. 1. Pihak berwenang Kota Ternopil dan Kota Uzhgorod mengikuti tindakan ini. Pada 10 April 2022, di Kota Dnepropetrovsk, monumen A.S. Pushkin digambar dengan huruf "Z". Di kota Cherkasy patung penyair ini dilukis dengan warna bendera Ukraina.

Pembongkaran monumen pembebas Ukraina dari nazisme selama Perang Patriotik Raya terus berlanjut. Contoh terbaru mencakup yang berikut ini. Pada

11 April 2022, sebuah monumen tank T-34 Soviet dibongkar di Kota Mukachevo. Pada hari yang sama, sebuah prasasti untuk tentara Soviet dibongkar di Kota Stryi di Oblast Lviv. Pada 14 April 2022, monumen pesawat MIG-17 Soviet, yang terletak di pintu masuk Taman Kebangkitan Nasional di Vostochny, dibongkar di Ternopil. Pada 16 April 2022, di Kota Zdolbunov, monumen Pahlawan Uni Soviet untuk gerilyawan N.T. Prikhodko dibongkar dengan traktor. Pada 17 April 2022, di Kota Kharkiv, militan dari formasi bersenjata lokal "Kraken" membongkar monumen komandan Soviet G.K .Zhukov. Simbol-simbol Soviet dihapus dari tugu peringatan "Bukit Ketenaran" di Lviv.

Isu museum merupakan arah terpisah dalam kebijakan Russophobia Kiev. Menurut para pengamat, di banyak kota Ukraina ada rencana untuk membuka apa yang disebut "museum pendudukan" yang bertuju meminggirkan periode Soviet dalam sejarah negara itu akhir-akhirnya. Itu tidak mustahil bahwa pameran yang digelarkan saat ini akan disensor secara ketat atau bahkan dijarah agar sesuai dengan program pemerintah. Misalnya, menurut laporan media, kaum nasionalis Azov, yang meninggalkan Mariupol, mengambil pameran sejarah dari museum lokal mereka ditempatkan.

Gereja Ortodoks Ukraina (UOC) ternyata juga di bawah serangan aksi Russofobia yang dilakukan otoritas Kyiv. Pemerintah Ukraina selama bertahun-tahun mencoba mencabut UOC dari daftar konfesi negara. Kampanye informasi berskala besar diluncurkan melawan para pendeta UOC untuk mencemarinya di mata umat kristen, menampilkan pejabat gereja sebagai kaki tangan musuh. Fitnah tentang kepala gereja disebarluaskan, banyak "hoaks" dipublikasikan di media sosial tentang hierarki gereja yang diduga membantu angkatan bersenjata Rusia, menyediakan makanan dan membuat gudang untuk senjata. Setiap hari, pengaduan dikirim ke polisi Ukraina dan Dinas Keamanan Ukraina tentang dugaan penyimpanan senjata, amunisi dan makanan untuk "agresor". Politisi Ukraina dan tokoh masyarakat menyerukan untuk melarang kegiatan UOC dan merampas miliknya.

Langkah-langkah legislatif telah diambil ke arah ini. Verkhovna Rada Ukraina menetapkan dua RUU yang bertujuan melarang UOC. RUU No. 7024 tertanggal

22 Maret tahun 2022, yang diusulkan oleh O. Savchuk, perwakilan partai nasionalis Svoboda. Sesuai ketentuan peraturan tersebut ada larangan langsung terhadap kegiatan Patriarkat Moskow di Ukraina dan nasionalisasi semua milik gerejanya. Umat agama yang ingin menghindari pembatasan punya hanya 14 hari untuk mengubah kepemimpinan dari UOC- Patriarkat Moskow ke UOC-Kyiv Patriarchate. RUU lain tampak lebih lembut isinya. Dokumen No. 7213 tertanggal 26 Maret tahun 2022 diusulkan oleh anggota-anggota kelompok antarfraksi parlemen Ukraina yang merupakan pendukung Gereja Ortodoks Ukraina Kyiv Patriarkat. RUU ini tidak berisi rujukan langsung pada Patriarkat Moskow, namun mengusulkan untuk menjatuhkan pembatasan tindakan terhadap konfesi, "yang berpusat di luar Ukraina."

Tempat-tempat ibadah UOC menjadi sasaran para perampok, yang menjelaskan serangannya sebagai perang melawan "penjajah" dan "pendeta". Rekaman video tentang tindakan keras ini sedang disebarluaskan di media sosial Ukraina dengan seruan untuk mengikuti langkah-langkah itu.

Lagi pula, kelompok nasionalis menjadi lebih aktif. Mereka menggunakan taktik kekerasan terhadap pendeta UOC. Setidaknya empat kasus penculikan pendeta gereja kanonik diketahui umum: pada 9 Maret 2022 rektor Dukonsky dari keuskupan Ivano-Frankivsk, Arkimandrit Titus (nama keluarga Drachuk) hilang; pada 16 Maret 2022 serangan dilakukan terhadap Arkimandrit Laurus (Berezovsky), rektor lain di Desa Ivanovka di wilayah Zhytomyr; pada hari yang sama di Desa Tomashovka, Distrik Fastovsky, wilayah Kyiv pendeta Gennady diculik; pada tanggal 28 Maret selama kebaktian di Gereja Syafaat Suci di kota Smela, wilayah Cherkasy, Ieromonakhos Vasily diculik oleh orang-orang bersenjata.

Setelah dimulainya operasi militer khusus, upaya otoritas Kyiv untuk menghilangkan tokoh alternatif dan mereka yang tidak dicuci otak, para aktivis, yang berbicara pendapat berbeda dari posisi resmi, menjadi lebih agresif.

Setiap orang, yang meragukan kebenaran kebijakan Presiden Zelensky untuk melancarkan perang dengan Rusia, setiap orang yang tidak setuju dan mendukung pengembangan hubungan yang setara dengan negara kami, semua mereka di bawah ancaman represi.

Dewan Keamanan Ukraina menangkap secara besar-besaran para tokoh oposisi Ukraina. Sesuai laporan media massa mereka dipukuli dan gara-gara siksa dipaksa untuk merekam seruan anti-Rusia (paling sering melalui video). Setelah itu Dewan Keamanan Ukraina merebut akses ke halaman oposisi di medsos dan saluran hosting video yang digunakan untuk melakukan operasi informasi dan psikologinya sendiri dengan berusaha meyakinkan para pengikut tentang perlunya bersatu bersama rezim Kyiv saat ini. 
 
Khususnya ini diketahui penahanan wartawan dan ilmuwan politik D. Djangirov, ilmuwan politik U. Dudkin, mantan anggota Dewan Keamanan Ukraina, peserta siaran saluran televisi Rusia dan Ukraina V. Mulyk, dua ilmuwan politik Alexander dan Mikhail Kononovic yang mendukung persahabatan Rusia dan Ukraina. Selain itu juga diumumkan tentang kasus penahanan politikus oposisi V. Volga dan pemukulan anggota parlemen dari Platform Oposisi — “Za Zhizn’”, N. Shufrich.

Pada 16 Maret 2022, Dewan Keamanan Ukraina menangkap tokoh pembela HAM terkenal E. Berezhnaya. Sekarang tidak ada informasi tentangnya. E. Berezhnaya sudah lama menimbulkan kejengkelan serius pemerintah Kiev dengan perjuangan tanpa kompromi untuk HAM, khususnya dia membela hak penduduk yang berbahasa Rusia di Ukraina untuk mendapatkan pendidikan dan menggunakan bahasa asli mereka. 
 
Dia sering berorasi di beberapa forum internasional yang diselenggarakan oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) dan PBB di mana dia memberikan contoh-contoh yang mengungkapkan tindakan Kyiv yang diskriminatif mengenai penindasan hak warga negara Ukraina yang berbahasa Rusia. Dia menelanjangi keterlibatan langsung pemerintah yang menyembunyikan kelompok neo-Nazi. 
 
Pada 22 Desember 2021 selama sidang formula Arria yang informal dengan anggota Dewan Keamanan PBB seorang pembela HAM tersebut menceritakan tentang penyebaran neo-nazisme di Ukraina.

Pada 12 April 2022, pemerintah Kyiv mengumumkan penahanan Ketua Dewan politik Platform Oposisi — Za Zhizn’, V. Medvedchuk. Atas perintah pemerintah barang miliknya dan barang milik istrinya disita. 
 
Fotonya saat diborgol dipublikasikan oleh Presiden V. Zelensky. V. Medvedchuk terlihat sangat lelah, seragam militer yang jelas-jelas tidak cocok ukurannya serta tanda pemukulan bisa membuktikan bahwa dia mungkin ditangkap lebih awal dan menghabiskan lebih dari satu hari di penjara Dewan Keamanan Ukraina dengan menjadi sasaran tekanan fisik dan psikologi serta perlakuan kejam dan tidak manusiawi.